Saya. Hanya. Harus. Pindah


.

6 Januari 2013.

Pertama kalinya saya menginjakkan kaki di ibukota tepatnya di stasiun Jatinegara untuk menyerahkan hidup saya ke dunia orang dewasa. Dunia Kerja.
Yak. Tanggal 7 Januari tahun lalu itu hari Senin, hari pertama kerja. Di perusahaan kontraktor sipil yang berkantor di Bintaro Sektor 1.

Di depan calon mantan tempat kerja.
Berbekal semangat dan tekad untuk berdikari - Berdiri Di atas Kaki Sendiri - Saya jauh jauh datang ke ibu kota. Demi pengalaman.
Teman, sahabat, ibu, saudara terkeren sepanjang hayat kehidupan
  
Sebulan, dua bulan,, hingga akhirnya hampir 21 bulan saya di perusahaan ini. Teman, sahabat, geng jalan-jalan hura-hura, saudara per-satu kosan, orang tua angkat-pemilik kosan, pacar, semuanya saya dapatkan. Allah begitu baiknya pada saya, mempertemukan dan mengakrabkan. Saya sayang mereka semua. Tanpa mereka saya bukan apa-apa di kota besar asing yang tidak saya kenal ini.
Namun yang namanya pertemuaan pasti suatu saat ada perpisahan.
Akhir Agustus saya memutuskan untuk berhenti dari perusahaan ini. Banyak hal yang membuat saya memutuskan menyerah, memutuskan meninggalkan kenyamanan saya. Saya harus pindah. Saya. Hanya. Harus. Pindah.
Geng hura-hura
Demi menambah pengalaman? Demi menambah pendapatan? Demi kenyamanan yang baru?
Well, demi apapun itu. Saya hanya harus pindah.

Proyek penuh perjuangan
Rizki, Bu peggy, Novi, Yanuar, Pram
Masih tersisa sebulan lagi sebelum saya benar-benar hengkang. Ingin rasanya meng-freeze semua kenangan, semua rasa nyaman, semua kasih sayang dari sini untuk dibawa ke tempat yang baru. Iya iya, saya tahu itu mustahil. Biarkan saya berimajinasi.

Iringi dengan doa yak kawan, semoga kita semua berkembang dan bertumbuh ke arah yang lebih baik. Menjadi pribadi yang makin matang, menjadi sosok yang makin sukses.

Note :

Saya menyadari suatu analogi saat saya ijin untuk resign. Dengan alasan "hanya ingin pindah"
Resign itu seperti memutuskan pacar. Memutuskan dengan alasan "Hanya ingin pindah". Ketidaknyamanan yang tidak disadari tapi itu merusak pikiran. Jadi harus putus. Harus cari jodoh lain yang lebih sesuai.

Hahaha. Saya jadi sadar kenapa dulu saya putus atau diputus. Alasannya bisa saja sesimple itu.

Bijak bisa didapat tanpa kesengajaan. 8)