Am I? Are You?


.


Apakah kau tahu, setiap tatapanmu seperti meluluh lantakkan segala pertahanan saya?

Tembok beton saya serupa meleleh.

Meleleh akibat angin.

Saya selalu diberi nasehat, jangan menggantungkan perasaanmu dengan persenan tinggi. Beri saja dia 10% perasaanmu. Sehingga bagaimanapun kau diperlakukan kau tetap masih bisa stabil. Dan saya tumbuh dengan sikap hati seperti itu. Untukmu pun, persenan saya sedikit. Benar sekali, otak saya memberimu persenan yang sedikit, tapi apa kata hati saya? Saya kalah. Hati saya enggak mau nurut. Saya melanggar nasehat.

Perasaan wanita itu 10% otak dan 90% hati bukan?

Saya bukan lagi menjadi pribadi saya saat galau. Saya serupa menjadi orang lain, yang bahkan tidak saya kenal. Rasanya menakutkan. Pengaruhmu sedemikiannya. Padahal hanya karena melanggar persenan, saya dihukum seperti ini.

Ketika makan, saya terbiasa ''save the best for the last''.

I think, I’ve saved my best for you. Are you the last for me?

Do you save your best for me? Am I the last for you?

Bagaimana meyakinkan diri saya sendiri? Bagaimana membuatmu meyakinkan saya? Apakah kamu sudah yakin? Sudahkah? Kenapa bisa yakin? Apa yang membuatmu yakin? Ajari saya buat yakin.

Ajari terus.

Ajari sampai saya yakin.

Saya takut.

Bukan terhadapmu, tapi terhadap diri saya sendiri. Terhadap apa yang mampu diri saya lakukan. Entah itu terhadapmu, atau terhadap diri saya sendiri.

*Galau itu bikin dewasa kawan #menenangkandiri

  1. sungkemmmmmm dewi galau eeeehhhh salah.. dewi LDR...^^