IN THE MIDDLE


.



In the middle,,


Di tengah-tengah,,


Sedang-sedang saja,,


Nggak terlalu kaya, nggak juga terlalu miskin,,


Nggak terlalu pinter, tapi nggak bisa disebut bodoh,,


Manis, jarang dipuji cantik, tapi nggak pernah dibilang jelek,,


Belum tua, dan sudah tak bisa disebut muda lagi,,


Suka dapat nilai B, jarang (kejadian langka) dapat nilai A dan sering dapat C,,


Menikmati music, seni, dan bidang art. Nggak punya bakat di wilayah itu, tapi mencintai dunianya,,


In the middle.. Selalu.. Sering...Malah cenderung bosan sekarang. Saat melihat ke atas bisanya cuman mengeluh, termotivasi sebentar dan 10 menit kemudian lupa, kembali mengeluh. Sedang saat melihat ke bawah,,,terbersit rasa syukur, bertahan sesaat kemudian meluntur saat melihat kembali ke atas. Rasanya nggak pernah puas. Namun ketidakpuasan itu selalu memiliki pembenaran diri, bahwa ‘manusia itu memang tidak pernah bisa terpuaskan’. Pembenaran yang menimbulkan dampak dimulainya siklus ;melihat ke atas dan ke bawah’.


Punya gagasan tapi nggak berani mengemukakan. Cari aman diam di tengah kerumunan umum,,


Pengen terkenal tapi nggak berani act,,


Selalu saja lempeng,,,ikut arus,,,yang penting nggak beda (dari kebanyakan orang) dan nggak malu,,


Hah,,,,,,,,,,,,,(eike menghempuskan nafas dengan kesal). Selalu seperti itu. Hidup eike rasanya selalu ‘in the middle’. Nggak pernah beralih. Nggak juga pengen beralih. Tapi kenapa rasanya selalu berat untuk memulai bersyukur??





Berdiri ‘in the middle’ sebenarnya membuat eike bisa melihat hal2 dari kacamata orang tengah. Muak dengan berita kemiskinan. Tapi juga berfantasi menjadi orang bekuasa, penuh harta, dan bisa bertindak sesukanya. Mupeng dengan nilai bagus orang lain. Tapi bersimpati ma yang nilainya ancur. Iri melihat perempuan2 pintar, pembawaan menarik, pandai bergaul, dan cantik, walaupun eike sendiri merasa bahwa eike pintar, berpembawaan menarik, pandai bergaul, meski kurang cantik,,(g aah, eike cantik kok. waha). Dan hal2 lain yang menyebabkan eike terkungkung di tengah2.


Nggak ada yang salah dengan berada di tengah. Walaupun eike mengeluh, bukan berarti eike berniat berpindah tempat. Eike hanya berefleksi diri. Agar eike terus bersyukur. Hidup eike nggak buruk menjadi ‘in the middle’. Bahagia walaupun nggaak sangat. Setidaknya eike nggak pernah merasa kekurangan, walaupun juga nggak pernah berlebihan. Di tengah, sedang2 saja, nggak putih dan bukan hitam, melainkan abu-abu.


In the middle…


Being gray,,,


Being happy,,,


cy

  1. be ordinary or in the middle is not bad sist..
    Everyone is unique, just be ur self =D

  1. huum,,,
    tulisan ini dibuat juga biar q selalu inget klo 'in the middle' is not bad,,,
    thankyong mas,,waha